30 Penjaga Perdamaian Terluka, NATO Kerahkan Lebih Banyak Pasukan ke Kosovo
Berita Baru, Brussel – NATO kerahkan lebih banyak pasukan ke Kosovo, sekitar 700 tentara tambahan, setelah 30 penjaga perdamaiannya terluka dalam bentrokan dengan pengunjuk rasa etnis Serbia di tengah perselisihan yang berkepanjangan.
“Kami telah memutuskan untuk mengerahkan 700 tentara lagi dari pasukan cadangan operasional untuk Balkan Barat,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg kepada wartawan di Oslo, setelah pembicaraan dengan Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Store pada Selasa (30/5), dikutip dari Reuters.
Dia mengatakan bahwa NATO juga akan “menempatkan batalion tambahan pasukan cadangan dalam kesiapan tinggi sehingga mereka juga dapat dikerahkan jika diperlukan”.
Satu batalion biasanya terdiri dari 300 hingga sekitar 1.000 tentara. Misi penjaga perdamaian yang dipimpin NATO di Kosovo, KFOR, saat ini terdiri dari hampir 3.800 tentara.
Komandan Komando Pasukan Sekutu di Naples, Laksamana Stuart Munsch, mengatakan langkah itu adalah “langkah bijaksana” untuk memastikan bahwa KFOR memiliki “kemampuan yang diperlukan untuk menjaga keamanan”.
KFOR mengatakan 30 penjaga perdamaian terluka dari Hongaria dan Italia mengalami beberapa luka, termasuk “patah tulang dan luka bakar dari alat pembakar bahan peledak improvisasi”.
Konflik di Kosovo meletus pada tahun 1998 ketika separatis etnik Albania memberontak melawan pemerintahan Serbia, dan Serbia menanggapinya dengan tindakan keras yang brutal. Sekitar 13.000 orang, kebanyakan etnis Albania, meninggal.
Intervensi militer NATO pada tahun 1999 akhirnya memaksa Serbia untuk menarik diri dari wilayah tersebut dan membuka jalan bagi pembentukan misi penjaga perdamaian KFOR.
Serbia telah menolak untuk mengakui deklarasi kemerdekaan Kosovo tahun 2008. Etnis Albania membentuk sebagian besar populasi, tetapi Kosovo memiliki minoritas Serbia yang bergolak di utara negara yang berbatasan dengan Serbia.
Ketegangan putaran terakhir meningkat selama akhir pekan lalu, setelah pejabat etnis Albania yang terpilih dalam pemungutan suara yang sangat diboikot oleh orang Serbia memasuki gedung kota.
Ketika pengunjuk rasa Serbia mencoba memblokir mereka, polisi Kosovo menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.
Sebagai tanggapan, Serbia menempatkan militer negara itu dalam keadaan siaga tertinggi dan mengirim lebih banyak pasukan ke perbatasan dengan Kosovo.
Orang-orang Serbia memprotes lagi pada hari Senin, mendesak walikota etnis Albania dan polisi Kosovo harus meninggalkan Kosovo utara.
Pada hari Selasa, situasi di kota Zvecan di Kosovo utara tetap tegang dengan etnis Serbia berkumpul di luar balai kota yang coba diserbu oleh massa pada hari Senin.
Polisi Kosovo telah memukul mundur mereka dengan gas air mata, sebelum penjaga perdamaian yang dipimpin NATO turun tangan.
Para prajurit pada awalnya mencoba memisahkan pengunjuk rasa dari polisi, tetapi kemudian mencoba membubarkan massa dengan menggunakan tameng dan pentungan. Beberapa pengunjuk rasa membalas dengan melemparkan batu, botol, dan bom molotov.
Banyak orang Serbia menuntut penarikan pasukan polisi Kosovo, serta walikota etnis Albania yang tidak mereka anggap sebagai wakil mereka yang sebenarnya.