Imparsial Desak Reformasi Polri Pasca Dua Kasus Penembakan Fatal
Berita Baru, Jakarta – Imparsial, lembaga independen pemantau hak asasi manusia, mengeluarkan siaran pers resmi pada Selasa (26/11/2024) terkait dua insiden penembakan fatal yang melibatkan anggota kepolisian. Insiden ini mencakup penembakan siswa SMKN 4 Semarang pada Minggu (24/11/2024) oleh Bripka R dan penembakan sesama anggota polisi di Solok, Sumatera Barat, pada Jumat (22/11/2024). Imparsial menyoroti lemahnya pengawasan penggunaan senjata api oleh anggota Polri serta mendesak evaluasi mendalam terhadap reformasi di tubuh kepolisian.
Direktur Imparsial, Ardi Manto Adiputra, menyatakan bahwa peristiwa ini adalah bukti nyata bahwa reformasi kepolisian masih jauh dari selesai. “Dua kasus ini tidak boleh hanya dilihat sebagai insiden kriminal terpisah, melainkan bagian dari kultur kekerasan yang masih bercokol di tubuh Polri,” ujar Ardi.
Insiden pertama di Semarang melibatkan Bripka R, yang menembak Gamma Rizkynata Oktafandy (16) hingga tewas. Bripka R berdalih hendak membubarkan tawuran, tetapi saksi mata menyatakan tidak ada tawuran di lokasi kejadian. Sementara itu, di Solok, AKP Dadang Iskandar menembak AKP Ryanto Ulil Anshar hingga tewas, diduga terkait penanganan tambang ilegal.
Imparsial menilai kedua kasus ini menunjukkan pelanggaran serius terhadap prinsip penggunaan senjata api. “Penggunaan kekuatan berlebihan oleh anggota Polri adalah bentuk pelanggaran hukum dan hak asasi manusia. Pelaku harus diadili sesuai hukum pidana yang berlaku,” tambah Ardi.
Dalam siaran persnya, Imparsial mendesak Kapolri untuk segera mengambil langkah tegas:
- Tindak Tegas dan Transparan – Mengusut pidana pelaku secara akuntabel.
- Evaluasi Izin Penggunaan Senjata Api – Melakukan tes psikologi dan mental berkala terhadap semua anggota Polri.
- Penggunaan Body Cam – Mewajibkan penggunaan body cam untuk meningkatkan akuntabilitas dalam tugas.
- Pengurangan Penggunaan Senjata Api – Mengganti senjata api dengan taser sebagai alternatif yang lebih aman.
- Pembaharuan Pelatihan Polri – Memperbarui metode pelatihan dengan menekankan keahlian vokasional yang selaras dengan HAM dan demokrasi.
“Kultur kekerasan dalam tubuh Polri tidak bisa terus dibiarkan. Kasus ini adalah pengingat bahwa reformasi Polri bukan hanya soal struktur, tetapi juga budaya dan praktik operasional,” tegas Ardi.
Imparsial mengingatkan bahwa insiden seperti ini bukan yang pertama. Kasus serupa terjadi dalam tragedi penembakan Brigadir J oleh Sambo pada Juli 2022 dan insiden Brimob Kedung Halang yang menewaskan tiga anak pada Oktober 2022.
Dengan reformasi kepolisian yang terkesan lambat, Imparsial menyerukan perhatian serius Kapolri untuk memastikan keadilan bagi korban dan mencegah tragedi serupa di masa mendatang.