Orasi Politik Ra Mamak Menggelegar di Hadapan Puluhan Ribu Pendukung FINAL
Sumenep, Berita Baru – Orasi politik KH. Salahuddin A. Warits atau Ra Mamak kembali menggelegar di hadapan pendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati Sumenep nomor urut 01, yakni KH. Ali Fikri-KH. Muh. Unais Ali Hisyam (FINAL). Hal itu terjadi pada acara doa dan tahlil bersama menuju pemilihan kepala daerah (pilkada) Sumenep damai dan beradab di Lapangan Ambunten Timur, Kecamatan Ambunten, Ahad (17/11/2024).
“Sumenep adalah penanda bagi masyarakat Indonesia dalam melihat peradaban yang maju di Nusantara,” demikian Ra Mamak memulai orasi politiknya.
Ra Mamak bercerita, pada sekitar abad ke-12 Masehi, ketika umat Islam berada pada masa puncak kejayaan, pusat peradaban berada di Baghdad. Dan, Baghdad diruntuhkan oleh pasukan dari Tartar (pasukan Mongolia di bawah pimpinan Hulagu Khan).
“Sekitar 10 tahun kemudian, pasukan tersebut akan menyerbu ke Nusantara. Dan, Sumenep-lah yang menjadi perhatian utama,” katanya.
Dalam ceritanya, menurut Ra Mamak, Arya Wiraraja, yang kala itu memimpin kadipaten Sumenep berkirim surat kepada pemerintahan Mongolia dengan informasi, bahwa kepemimpinan di Nusantara (kala itu Singasari) lalim, dan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Kemudian, pasukan dari Tartar itu datang, dan bermusyawarah dengan Arya Wiraraja untuk menumbangkan Singasari. Hal itu memberi arti, bahwa pemerintahan Sumenep di masa lalu sudah memulai hubungan politik dan diplomasi Internasional dengan baik.
“Itu tahun 1200-an. Sekarang sudah 2024, kondisi jalan di Sumenep masih memalukan,” ujarnya, sambil merefleksikan kondisi Sumenep masa lalu dengan masa kini.
Ra Mamak bercerita, kala itu Sumenep menjadi pedoman bagi Nusantara. Karenanya, ketika Mongolia akan menyerang yang menjadi pintu masuk adalah Aryawiraraja. “Yang kelak melahirkan peradaban baru bernama Majapahit. Dan, inisiatornya adalah Aryawiraraja,” tegasnya.
Akan tetapi, narasi masa lampau yang membanggakan perlahan padam. Buktinya, tata keola pemerintahan saat ini nyaris tidak mewarisi kepemimpinan di masa lampau. “Justru sekarang tata kelola pemerintahan tampak sembarangan,” ungkapnya.
Ra Mamak berharap pemerintahan Sumenep ke depan menjadi lebih baik, dan mapan. Narasi kejayaan di masa lalu harus dipelajari dan direfleksikan sebagai modal menata kabupaten di ujung timur pulau Madura ini.
“Karenanya, berulangkali saya katakan dan saya tegaskan, Sumenep itu adalah ibu Nusantara,” tegasnya.
Ra Mamak membagi sejarah kepemimpinan di Sumenep ke dalam dua fase. Fase pertama nasionalisme yang direpresentasikan oleh Arya Wiraraja, dan fase relijius yang dimulai dari era Bindara Saod, Panembahan Sumolo hingga Sultan Abdurrahman.
“Saya titipkan Sumenep yang keramat ini, Sumenep yang merupakan warisan dari para inisiator Nusantara, para waliyullah, para ulama kepada siapapun yang akan terpilih sebagai pemimpin nanti,” pungkasnya.